Selasa, 30 Juli 2013

JIKA DIA CEMBURU PADAMU



Jika kalian menyimpang setelah datang kepada kalian bukti bukti kebenaran maka ketahuilah bahwa Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana (TQS 2:209)

Pernah ngerasa bermaksiat ga? Kalau saya, jujur pernah, sering bahkan. Mungkin dalam pandangan kita, maksiat itu cuma sepele dua pele saja. Ah paling juga bisa dihapus dengan istighfar, atau bersedekah, atau mengiringinya dengan perbuatan baik. Mindset seperti itu sebenarnya kurang tepat. Perkara dosa itu kecil atau besar nilainya, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui. Sekecil apapun dosa,  Mestinya kita merasa, malu, kepada siapa kita melakukannya  ?

Terlebih lagi bagi sahabat yang sudah memiliki banyak ilmu, sudah memahami agama dengan baik, suka menyampaikan ilmu agama,tentu saja perkara dosa ini bukan lagi hal kecil. Allah SWT sangat cemburu jika hal hal yang Dia haramkan dikerjakan oleh hamba hambaNya. Dia lebih cemburu lagi jika hal tersebut dilakukan oleh orang orang yang dekat dengan Nya dan orang orang yang selayaknya menjauhi maksiat. Sebab, mereka biasa melarang orang lain untuk melakukan hal hal yang haram, lalu bagaimana mungkin mereka sendiri melakukannya? Maka tak heran jika tiba tiba kita merasa kok hukumannya cepet banget yaa.
Disamping itu, kita bisa bayangkan, betapa besar fitnah yang terjadi di masyarakat awam jika dosa itu dikerjakan oleh orang yang faham. Kenapa? Ya karena masyarakat awam suka membuat standar kebaikan itu dari orang yang mereka anggap lebih faham. Kalau yang faham saja melanggar, apalagi saya yang tidak faham.Banyak lah ya contohnya di sekitar kita aja. Maka benar bahwa orang yang memiliki ilmu akan dihisab lebih sulit daripada orang lain.

Seorang generasi salaf berkata,” aku pernah menganggap sepele sesuap makanan,lalu aku memakannya. Sekarang aku kembali ke belakang seperti empat puluh tahun yang lalu”. Pernah juga sandal Abu Ustman an Naisaburi putus dalam perjalanannya menuju shalat jumat, dan ia butuh waktu satu jam untuk memperbaikinya.  Ia berkata,”sandal ini putus karena aku tidak mandi hari Jum’at”.

Kadang hukuman itu bisa juga hukuman moral.Misalnya seseorang melihat sesuatu yang di haramkan Allah, akibatnya Allah mengharamkan cahaya hati nuraninya pada dirinya. Atau orang yang tergoda makanan syubhat, akibatnya ia tidak bisa bermunajat  dan shalat malam dengan khusyu. Seperti diriwayatkan , seorang rahib Bani israel pernah bermimpi, dalam mimpinya ia berkata, “ Tuhanku aku bermaksiat kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menghukumku.” Allah lalu berfirman, “ Aku sudah sering menghukummu, tetapi engkau tidak tahu. Bukankah Aku telah membuatmu tidak lagi dapat bermunajat kepada-Ku dengan manis?”

Imam Ibnu al Qayyim rahimahullah meringkas efek efek perbuatan maksiat dalam al Fawaa’id. Dengan sangat indah ia berkata:

“ Di antara efek maksiat ialah pelakunya tidak mendapatkan banyak hidayah, pikirannya kacau,ia tidak melihat kebenaran dengan jelas, batinnya rusak, daya ingatnya lemah, waktunya hilang sia sia, dibenci manusia, hubungannya dengan Allah renggang, doanya tidak dikabulkan, hatinya keras, keberkahan dalam rizki dan umurnya musnah, diharamkan mendapat ilmu, hina, dihinakan musuh, dadanya sesak, diuji dengan teman teman yang jahat yang merusak hati dan menyia-nyiakan waktu, cemas berkepanjangan, sumber rejekinya seret, hatinya terguncang. Maksiat dan lalai  membuat orang tidak bisa berdzikir kepada Allah, sebagaimana tanaman tumbuh karena air dan kebakaran terjadi karena api”.

Nah, kerasa ngga kadang kita merasakan hal seperti itu? Bisa jadi sering. Atau malah saat ini kita sedang merasakannya? Jangan jangan Dia sedang cemburu pada kita. Maka mumpung ini masa masa sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, mari kita perbanyak taubat nasuha, memohon kepadaNya , ampunanNya, hidayahNya, ridloNya.

Allaahumma innaka ‘afuuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu annaa. Ya Allah sesungguhnya Engkau maha Pemaaf lagi Maha Baik, Engkau mencintai permohonan maaf, maka maafkanlah kami yaa Rabbi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar