Sabtu, 12 Juli 2014

Kita Sedang Di Tempa

Kutulis catatan sederhana ini dengan segenap perasaan, takut dan harap, rindu dan cemburu. Menyaksikan badai kepiluan anak anakku di  Palestina dan rintihan kakak dan adik -adikku di Rohingya, ayah ibuku di Syria. Aku saudaramu, dan hanya menjadi bisu di heningnya pilu. 

Kubaca siroh Rasulullah, manusia teladan, sang kekasih yang betapa kuharapkan akan bertemu di hari penghisaban nanti... kubaca dan diresapi setiap jalan yang beliau lewati menuju kemenangan peradaban ini. Kesulitan demi kesulitan beliau alami, penganiayaan, propaganda dan pemboikotan menjadi nada dalam hari hari.
 
Allah selalu menempa orang orang pilihan, generasi terbaik dengan memuncaknya kesulitan. Serupa sebuah batu menjadi berlian. Ingatkah engkau sahabatku, saat Nabi ditinggal para pelindung dan pendukung dakwahnya, pada saat Quraiys menajam menekannya. Khodijah  istri tercinta, dan  sang paman Abu Thalib tiada,  beliau menuju Thaif untuk meminta dukungan dakwahnya saat quraisy menyempitkan kehidupannya semata karena menyeru kepada agama-Nya?

Beliau dihadapkan pada anak anak kecil dan orang orang bodoh  yang melempari beliau dengan batu batu, hingga berdarah darah kakinya. Beliau berlari, menyembunyikan diri di sebuh kebun anggur milik serang dua orang musyrik. Betapa tersiksa hatinya, betapa pilu jiwanya, seorang diri dan hanya kepada Allah ia mengadu.
" Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya upayaku, serta tidak berdayanya aku menghadapi manusia. wahai Dzat yang Maha Pengasih diantara hamba-hamba yang pengasih, Engkau adalah Rabb-nya orang orang yang lemah dan juga Rabb-ku. Kepada siapa aku mengadu, apakah kepada Dzat yang membebaniku, atau kepada sesuatu yang jauh dan menerimaku dengan muka masam, ataukah kepada musuh? Sementara engkau meguasai perkaraku? Jika saja kemurkaan-Mu tidak menimpaku, tentu aku tidak peduli, Akan tetapi ampunan-Mu lebih luas untukku daripada kemurkaan-mu yang akan Engkau timpakan kepadaku, atau Engkau tempatkan aku dalam kemurkaan-Mu. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu, yang Engkau hapus segala kegelapan dengan terbitnya (cahaya-Mu) dan Engkau selaraskan urusan dunia dan akhirat dengan baik di atasnya. hanya kepada-Mu segala kerelaan hingga Engkau ridla. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama-Mu."

Betapa bingung hati beliau waktu itu. Kembali ke Makkah berarti menyerahkan diri kepada orang-orang yang menganiayanya, menuju Thaif lagi juga tidak mungkin karena buruknya sikap mereka, tetap di kebun anggur juga tidak mungkin. Penuh pasrah Beliau mengangkat tangannya ke langit....

Allah SWT begitu detil memberi pelajaran kepada hamba hamba pilihan-Nya, menempanya dengan ujian dan kesulitan agar ia menjadi kuat karenanya. Allah persiapkan dengan cara-Nya, generasi terbaik untuk memimpin peradaban akhir jaman ini. Agar tidak ada yang disembah,diharapkan, ditakuti, dicintai dan dijadikan pertimbangan satu satunya selain Dia. Allah kuatkan kita dengan cara-Nya, melalui proses yang menjadikan sebuah batu menjadi berlian berkilauan cahaya. Allah kuatkan kita dengan tempaan tak terkira. 

Selamat datang generasi terbaik ummat. Dengan kalian Islam akan menuai kejayaan. teruslah bersatu, berkarya, belajar, berjuang.Mulailah dari mengetahui, memahami, mengamalkan, mengemban dan memperjuangkan peradaban ini.Sungguh semua ini adalah tahap tahap yang harus dilalui untuk merubah pemikiran menjadi kekuatan yang  memotivasu manusia agar menerapkannya dalam kehidupan. 

Jika engkau sedang lemah, bacalah Sirah Rasulullah, betapa beliau dan para sahabat memikul beban selayaknya beban yang dipikul oleh gunung -gunung yang menjulang tinggi.Bacalah bagaimana mereka melaluinya dan menggerakkan mereka menjadi penakluk peradaban. Sungguh beliau benar benar suri tauladan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar