Kamis, 27 Februari 2014

Nothing is Impossible... dakwah halal masih panjang

Kata kata itu saya dapatkan pas di sebuah papan ikan di belokan dekat jembatan kali brantas kediri. Sebelumnya di sepanjang jembatan sendiri, saya ga sengaja mendongak ke beberapa papan reklame bertuliskan berbagai motivasi " ora et labora, jangan menyerah", dan sebagainya. Kebetulan? ya mungkin. Tapi kebetulan apa kebetulan banget hari itu saya cukup down juga. Senin, 17 Februari 2014.

What a complicated day. Hari itu bersama seorang teman seperjuangan di komunitas HCJatim dan satu teman baru dari komunitas sedekah, kami mengunjungi kantor Disperindag propinsi, dengan tujuan mencoba membuka link kerjasama untuk membantu proses sertifikasi halal gratis teman teman UKM.  Kami punya kegiatan kecil yaitu melaksanakan edukasi halal ke beberapa kalangan di beberapa kota di Jatim untuk ikut membantu proses sosialisasi gaya hidup halal sejak setahun yang lalu. Kami prihatin saja, begitu banyak produk teknologi pangan, obat dan kosmetika yang masih berstatus syubhat sementara mereka beredar bebas di masyarakat. Anehnya lagi masih banyak masyarakat yang enjoy aja dengan distribusi produk-produk itu. Yaa maklumlah memang pemahaman tentang halal ini belum merata ataupun bisa dikatakan, sudah diketahui tapi pas ketemu produknya, kalangan awam tidak jeli terhadap apa yang mereka konsumsi.

Tidak terlalu sulit untuk menuju lokasi kantor, cukup naik angkutan umum dan jalan kaki sekitar 15 menit kamipun sampai di halaman pusat industri dan UKM dari berbagai kabupaten/kota ini. Setelah ketabrak sedikit birokrasi, kamipun berhasil menemui kepala bagian agrokimia di gedung pusat lantai 2. Kami berdiskusi tentang sertifikasi halal UKM, prosedurnya dan tentunya chance bagi teman teman UKM binaan komunitas untuk bisa mendapatkan sertifikasi gratis melalui disperindag. Persoalan utamanya adalah sudah terstrukturnya jalur proses sertifikasi halal hingga ke level kabupaten kota sehingga belum ada mekanisme bagi konsultan halal atau komunitas untuk ikut bermain dalam proses legalisasi produk halal ini, selain dengan swadaya. Tanya kenapa? saya pribadi merasa, ini adalah soal will pemerintah yang belum 100 % menjamin keamanan pangan dari sisi aspek halalnya. meskipun sudah jelas jelas bahwa halal ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Saat ini menurut penuturan Ibu kepala bagian Agrokim, bahwa Malaysia sedang gencar gencarnya melakukan sertifikasi halal produk dalam negrinya untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Lantas kemana produk ini akan dipasarkan? ya kemana lagi selain ke pasar kaum muslimin, dan sudah pasti kaum muslimin akan pilih yang halalkan?

Indonesia, dengan moslem majority, saya pikir harus lebih open lagi dalam hal sertifikasi halal para produsennya termasuk UKM. Bukan semata mata untuk daya saing, tapi ya untuk lebih menentramkan hati umat ini. Sudah tahu kan konsekwensi mengkonsumsi yang haram? Karena hidup bukan hanya untuk 60 tahun ke depan. Tapi hidup adalah untuk suatu tujuan yang kekal yakni pulang ke akhirat nan abadi. Lebih dari sekedar daya saing, karena halal memiliki dimensi dunia akhirat, itu yang saya selalu sampaikan dalam edukasi halal di beberapa daerah.

Jadi kesimpulannya, belum final bagi komunitas dan konsultan di negeri ini untuk bisa membantu pengajuan sertifikasi halal gratis untuk UKM binaan. Masih perlu beberapa negosiasi lagi dengan pemerintah di level dibawahnya  maupun di atasnya untuk menemukan titik kesepakatan dalam mengupayakan kerjasama ini. Di akhir diskusi, Beliau bertanya, darimana kami mendapatkan dana untuk kegiatan edukasi halal ini?.Bingung juga ya, ya dari Allah, biaya sendiri lah. Saya apresiatif dengan teman teman yang berjuang  di komunitas halal ini. Semoga keikhlasan teman teman ini bisa menjadi jalan bagi datangnya nashrullah untuk dakwah halal di negeri ini. 

Setelah menempuh 6 jam perjalanan dan berpanas panas di bis ekonomi ( rejeki hari itu pas ga dapat bis bagus :)), sayapun tiba di kota kelahiran dan langsung disambut guyuran hujan lebat hingga jalanan banjir dan sungaipun meluap. 30 menit menggunakan motor matic menuju rumah terasa begitu berwarna. Entah di km berapa, saya melalui jalanan yang digenangi air cukup tinggi. seperti lazimnya motor matic, cipratan airnya ga mengenai pengendara tapi menyembur ke sisi kiri dan kanan. sayangnya dari arah berlawanan ada motor matic juga , kami berpapasan dan byurr...., whahaha saya pun "mandi" banjir. Belum cukup sampai disitu, karena ada hajatan yang menggunakan seluruh bahu jalan, akhirnya terpaksa saya cari jalur alternatif yang ndilalalah ada di tepi dam sungai dan sedang meluap. Oh banjir ...  banjir. ga jakarta ga disini adaa aja. 

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar