Selasa, 14 Januari 2014

kekuatan doa itu nyata

Kali ini pertahananku benar benar jebol. Aku ga sanggup menahan tangis ketika melihat si kecil 4.5 tahun jatuh tertelungkup dengan mulut berdarah- darah. Sebenarnya bukan kali ini saja ku mengalami suasana ini. Belum lama juga sikecil kena kecelakaan kecil, dahinya terbentur bibir ranjang dan berdarah darah juga. Tapi kali ini.... oh bibir atasnya bukan sobek lagi, tapi dagingnya lepas sebagian. Bukan biaya atau batalnya acara yang sudah tersusun rapi hari ini yang berkecamuk dlm benakku, tapi mikir bagaimana itu bibir bisa dikembalikan seperti semula. 

Ya, hari ini ada dua kegiatan yang sudah terjadwal, sehingga sejak pagi sekali aku sudah memasak dan menyiapkan keperluan anak anak selama aku pergi. Hari libur adalah hari favorit organisasi, karena kegiatan bisa di pusatkan hari itu. Si kecil memang cukup aktif.Tapi kali ini  benar benar diluar perkiraan, karena ia duduk manis sambil kusuapin, pas ketika kutinggal ke dapur dia berjalan didepan TV dan terjatuh. Allah Maha Berkehendak. Mungkin hari ini aku harus di rumah. Karena hari minggu kemarin aku sudah seharian di luar kota. 

Kuambil handuk tebal untuk menghentikan darahnya,  tidak lama darahnya terhenti dan tak lupa beberapa kali kutetesi propolis. Si kecil masih menangis. aku ga paham, gmana lagi caranya menambal bibir ini. Gimana kalau cacat?, Sesaat ngeblank, akhirnya logikaku pulih. Daging lepas ini ga boleh lama lama dibiarin, Lewat dua jam, dia akan sulit disatukan kembali. Artinya ini waktu yang tepat untuk memperbaiki kondisinya. Baiklah, akhirnya aku menelpun pak mantri yang biasa menjadi dokter keluarga.

 Sesaat kemudian pak mantripun muncul. Berharap bisa di "lem" atau apalah, yang penting bisa di gabungkan dengan sukses bibir mungil itu. Tapi... belum sampai memegang, Pak mantri bilang," maaf Mba, saya ga bisa nangani. harus di jahit ini. bawa ke rumah sakit aja. kalau dijahit disini, ga ada yang megangi. Anaknya kan tenaganya kuat". What?? Jadi dia harus diperlakukan seperti itu? dipegangi banyak orang untuk dijahit bibirnya? Kayak mana aku bisa tahan melihat dia seperti itu? menahan sakit sendirian dan anak sekecil itu?

Entahlah, bayangan anak anak Palestina tiba -tiba berkelebatan di hadapanku. Mereka yang mengalami luka parah bahkan jauh lebih parah dari kondisi yang kuhadapi saat ini, terancam hari harinya dengan ketakutan bahkan nyawanya . Bagaimana perasaan ibu ibu mereka. Aku tergugu. ya Allah, aku ga akan sanggup... aku ga akan sanggup.Melihat buah hatiku kesakitan dan menyaksikannya. Tiba -tiba tenagaku hilang, dan aku sangat lemah. Aku berharap ada yang disampingku, menguatkan aku. tapi ya sudahlah, lupakan saja.

Aku harus bisa, waktunya ga lama. Kubangun kembali sugesti, anakku harus sembuh. Ya, sakit untuk sembuh. Diantar paman dan pengasuh si kecil, kubawa dia ke IGD. Yah, mainan. Dia pasti suka kalau dibujuk dengan mainan. hari ini akan kuajak dia ke toko mainan, biar dia pilih mainan terbaik yang dia mau. Selembar "uang merah" ternyata manjur untuk menenangkan hatinya, menghilangkan ketakutannya. Alhamdulillah si kecil mulai enjoy dengan langkah penanganannya.

Dia terbaring santai di ruang UGD, sambil menungguku mengurus administrasi. " Mas, Dokternya udah dateng blom?" tanyaku ke petugas yang duduk didepanku. "sudah" katanya pendek. " mana?". "Lah itu..., ini..." jawab si Mas sambil menunjuk dirinya sendiri." Oalah njenengan ini dokter to?". jadi malu saya. Ya sekalian diskusi tentang beberapa hal terkait menangani si kecil. " tolong ya Dok, sesegera mungkin dikerjakan, sudah agak lama itu, khawatir susah pulih". Alhamdulillah penanganannya lumayan cepat.

Sempat ragu karena aku mikir, tahan ga melihat si kecil di jahit bibirnya. Tapi kalau aku ga mendampingi dia, apa yang akan dirasakan anakku? Akhirnya kuputuskan, aku harus mendampingi. Bayangan pak Mantri bahwa anaknya harus dipegangin ternyata tidak terjadi. Kubacakan tanpa henti doa doa agar Allah memudahkan urusan ini. " Allaahumma laa sahla illa ma ja'altahu sahla, wa anta taj'alal hazna idza syi'ta sahla", isyfi ....syifa'an 'aajilan bi barokatil fatihah".  Hanya kuelus kakinya yang dingin, kupegang telapak tangannya, kutunjukkan  padanya bahwa aku ada disampingnya sambil memalingkan muka ( karena ga tahan sebenarnya). sesaat dia memandangku. Tangannya meraih wajahku, " ummi". " Iya sayang, kamu sabar ya, nanti habis dibenerin bibirnya kita beli mainan yuk". Dia pasrah. Tidak ada satu kalimatpun terucap darinya. Satu persatu proses operasi kecil itu berjalan dengan baik. Dzikirpun tak putus kulafalkan, karena aku yakin Dia ada dihadapanku, dan menyaksikan upayaku. Tidak ada kepanikan, tidak ada tangisan. Si kecil hanya beberapa kali menarik nafas panjang sesaat setelah 6 suntik bius lokal satu persatu ditusukkan ke bibirnya.

Selanjutnya kegiatan operasi berjalan lancar, bahkan saya sempat ngobrol banyak dengan perawat yang menangani proses itu. Bahas tentang kebijakan BPJS yang kontroversial itu, tentang keharaman asuransi dan seperti biasa tentang riba yang menggurita salah satunya dari perputaran premi asuransi yang  dibayarkan oleh masyarakat. Para tenaga medis memang sangat lekat pengetahuannya tentang kebijakan baru ini. " kasihan rakyat ya mba", ujar salah seorang perawat. " sepertinya mba ini aktivis ya?".yah begitulah. jawabku. kapan kapan semoga mereka bisa hadir dalam kegiatan islam. aamiin.

Alhamdulillah dengan berharap berhasil, operasi itu berjalan sukses. jauh lebih mudah dari yang disangka. Hingga ketika sudah lewat toko mainan dan mau berhenti, sikecil bilang," ga jadi beli mainan aja Um, duitnya jangan dihabiskan, ditabung saja". Alhamdulillah ya Allah. Banyak hal yang  kudapat dari peristiwa ini.
Tentang qadla Allah, jika Dia berkehendak, tak perlu ada alasan, apapun bisa terjadi, maka jangan merasa aman dari pengawasan-Nya. Tentang Doa, bahwa dia adalah kekuatan tak terlihat yang mampu merubah apasaja. Tentang tawakkal, tidak ada yang mencukupkan dan memudahkan ursan kecuali Dia.

Sebuah fragmen kecil, kadang menyimpan banyak makna....







Tidak ada komentar:

Posting Komentar