Bagi pelajar, menjadi diplomat adalah sesuatu yang
membanggakan. Betapa tidak untuk kondisi sekarang, selain dianggap keren,
diplomat termasuk profesi yang menguntungkan dari sisi materi. Apalagi saat ini
semakin banyak penawaran beasiswa dan kursus-kursus untuk jurusan ini yang
diinisiasi secara langsung oleh Kementrian Luar Negeri.
Tahun lalu misalnya, kegiatan diplomasi publik goes to school yang
dilaksanakan di Semarang telah menyedot perhatian 240 peserta yang terdiri dari kalangan pelajar dan guru SMA se-Jawa Tengah,
para mahasiswa se-Jawa Tengah, dan akademisi Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional FISIP Universitas Diponegoro Semarang. Kegiatan besar ini terselenggara
atas kerjasama Kementerian Luar Negeri RI c.q. Direktorat Diplomasi Publik
dengan SMAN 3 Semarang dan FISIP Universitas Diponegoro Semarang.
Sementara di Jakarta, Junior Short Diplomatic
Course yang diadakan oleh Universitas Budi Luhur bekerja sama dengan Kementerian
Luar Negeri RI, c.q. Ditjen IDP pada 6 Mei 2014 juga telah menarik perhatian
200 peserta SMA se-Jabodetabek. Dalam kursus ini para pelajar diberi kesempatan untuk melakoni peran
sebagai presidents, ministers for foreign affairs, delegates, dan co-chair.
Selain belajar menyampaikan statements, rights of reply, arguments dan
counter-arguments secara elegan dalam bahasa Inggris, para pelajar juga
mempelajari tata cara persidangan, menejemen waktu dan protokol simulasi
sidang.
Di tahun ini pula, pemerintah Indonesia akan mengirimkan 21 pelajar dan
mahasiswa berprestasi sebagai
peserta program "Outstanding Students for the
World" ke AS. “Mulai 2 hingga 19 November nanti, mereka akan dikirim ke AS
untuk bertemu, berdiskusi dan melakukan presentasi di sekolah-sekolah,
universitas, markas besar PBB dan sejumlah lembaga di AS” demikian tutur Direktur Diplomasi Publik Kemlu, Kusuma Habir. Tiga
hari sebelum berangkat ke AS, para peserta akan mengikuti pembekalan/orientasi
dalam negeri.
Di AS, mereka mendapatkan
kesempatan untuk melakukan presentasi ilmiah di beberapa sekolah/ universitas
di AS, melihat praktik diplomasi di beberapa perwakilan di AS termasuk di
Markas besar PBB di New York dan diskusi interaktif dengan beberapa
institusi Pemerintah (Departemen Luar negeri, dan Departemen Pendidikan AS). Mereka
juga diagendakan untuk beraudiensi dengan "Indonesia Caucus" di
Parlemen AS, mengunjungi Museum NASA/Smithsonian dan mengikuti kuliah
mengenai Kepemudaan/Pendidikan di Markas Besar PBB New York. Selain itu, mereka
akan mengunjungi beberapa Universitas ternama di Boston (Harvard, MIT, dan
Tufts), dialog interaktif di beberapa sekolah di Pittsburgh, dan berkunjung ke
Silicon Valley dan markas besar Apple /Google di San Fransisco. (http://www.dnaberita.com/berita-47049-konstituen-diplomasi-di-kalangan-muda-kemlu-kirim-21-pelajar-berprestasi-ke-as.html)
Pelajar Berdiplomasi: Dari Aksi Hingga Substansi
Gencarnya sosialisasi pemerintah terhadap diplomasi
publik ini menarik untuk dikaji lebih jauh. Bukannya tanpa sebab, pasalnya
sosialisasi ini menjadi lebih deras arusnya pasca kedatangan Obama ke Indonesia
tahun 2012 silam. Tanggal
13 Desember
2012, Direktur Eksekutif AMINEF (American Indonesian Exchange
Foundation), Mike McCoy, dan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Luar Negeri Indonesia (Pusdiklat KEMLU) Huzairin Pohan, telah menandatangani
perjanjian baru untuk mendukung beasiswa pendidikan tingkat tinggi. Kemitraan dalam bidang pendidikan tingkat tinggi ini
mencerminkan komitmen jangka panjang Presiden Obama dan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk memperluas, mempererat, dan meningkatkan pertukaran pelajar
antara AS dan Indonesia. (http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/embnews_19122012.html)
Pendidikan merupakan ikatan yang senantiasa
mempererat hubungan antara AS dan Indonesia. Dubes AS saat itu, Scot
Marciel, menguatkan hal ini. Dia menyatakan program
ini adalah wujud kerjasama peningkatan hubungan antar masyarakat di kedua
negara. Marciel menuturkan bahwa hubungan antar masyarakat, terutama di bidang
pendidikan, menjadi prioritas AS. Ditambahkan, keyakinannya program ini
akan dapat meningkatkan pemahaman antara masyarakat AS dan Indonesia.
(http://www.dnaberita.com/berita-47049-konstituen-diplomasi-di-kalangan-muda-kemlu-kirim-21-pelajar-berprestasi-ke-as.html)
Namun sayangnya, pendidikan yang menjadi prioritas AS
ini bukanlah untuk memajukan bangsa Indonesia atau membantu pemuda Indonesia
agar lebih pandai dan cerdas. Sebab yang menjadi prioritas AS adalah pendidikan
yang mengandung upaya untuk transformasi nilai antar bangsa. Sementara
pendidikan diluar itu seperti teknologi tidak menjadi prioritas AS untuk
melakukan pertukaran pelajar dengan Indonesia.
Ini terlihat pada fakta yang terjadi. Mayoritas negara
memahami diplomasi sebagai seni, teknik,
dan cara bagaimana kita mengadakan pendekatan atau perundingan (negosiasi)
untuk memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara dan langkah-langkah yang
diambil untuk mengamankan kepentingan tersebut, disamping membina hubungan dan
kerjasama yang baik dengan negara-negara lain (Prof. Dr. Boer Mauna, 2002). Sehingga
karena memahaminya seperti diatas, mayoritas melihat diplomasi publik yang
dikembangkan pemerintah saat ini adalah suatu hal yang positif. Apalagi jika
dikaitkan dengan fakta di lapangan dimana para pelajar diminta untuk
mempromosikan kesenian daerah, kuliner khas suatu daerah bahkan menggunakan
batik dan mengajarkan bahasa Indonesia untuk mempromosikan Indonesia ke kancah
internasional.
Nyatanya, disisi lain para pelajar diplomat dianjurkan
(baca: dipaksa) untuk mempromosikan Indonesia dengan citra sebagai negara
yang demokratis, negara dengan mayoritas muslim moderat dan negara pluralistik.
Diplomasi dengan tiga ciri itu ternyata tidak bergerak di ruang kosong, namun
dikembangkan justru ditengah masyarakat yang sedang bertransformasi menjadi
lebih transparan dan partisipasif. (Herning Suryo, Total Diplomasi dan
Pencitraan Indonesia, Transformasi vol. XIV no 22 tahun 2012)
Tiga ciri inilah yang sebenarnya menjadi prioritas AS
untuk mentransformasikan nilai-nilai
Barat ke Indonesia. Artinya mindset para pelajar ini dibentuk agar mereka
melihat negaranya dengan sudut pandang demokrasi, pluralisme dan moderat.
Aksi-aksi yang ditampilkan dalam kompetisi, menunjukkan indikasi ini dengan
sangat jelas, bagaimana para pelajar harus berbicara dengan bahasa dan gaya
mereka, cara memberi counter terhadap pendapat yang berbeda, melakukan
persidangan seperti kebiasaan mereka dan sebagainya. Kemudian ini diperkuat
dengan kunjungan ke berbagai tempat yang dianggap sebagai representasi dari AS.
Fakta-fakta diatas jelas menunjukkan bahwa diplomasi
yang dikembangkan dalam pertukaran pelajar, baik dari sisi substansi maupun
aksinya, ternyata mengandung unsur –unsur yang mengarah pada pencucian otak
para pelajar. Sehingga kelak mereka akan
menjadi boneka AS yang ditanam di negerinya sendiri.
Diplomasi Publik: Strategi AS Menguasai Kaum Muslimin
Dalam sebuah dokumen yang berjudul “Changing Minds Winning Peace: a new strategic direction for u.s. public diplomacy in the arab & muslim world”, terlihat dengan jelas bahwa diplomasi publik adalah
strategi terbaru AS untuk mendominasi kaum muslimin yang ada di negara-negara
berkembang dan Timur Tengah. Dalam dokumen itu disebutkan pada halaman 13 bahwa
“First and foremost, public diplomacy requires a new strategic direction informed by a seriousness and commitment that matches
the gravity of our approach to national
defense and traditional state-to-state diplomacy. This commitment must be led by the political will of
the President and Congress and fueled by
augmented financial and human resources.”
Ini menunjukkan bahwa diplomasi
publik yang dikembangkan saat ini adalah program unggulan yang sengaja
dirancang untuk diterapkan di negara-negara muslim dan Arab, termasuk
Indonesia. Dan skenario ini telah berjalan dengan mulus tanpa halangan yang
berarti. Komprehensif partnership yang disepakati oleh Obama dan SBY beberapa
tahun yang lalu menjadi salah satu pintu masuk dari program ini. Kemitraan ini
memang menunjukkan adanya political will dari penguasa kedua negara ini.
Berarti program yang digulirkan ke Indonesia ini, khususnya bidang pendidikan,
harus dibaca sebagai sebuah program yang sudah di desain agar Indonesia masuk
dalam perangkap AS.
AS sendiri telah melihat bahwa
pendidikan adalah salah satu celah untuk mentransformasikan nilai-nilai yang
diinginkannya. Maka upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai Barat ini
dilakukan dengan perombakan pada kurikulum. Sejak tahun 2003 ada beberapa kali
perubahan kurikulum, yakni kurikulum CBSA-KBK tahun 2004, kemudian berganti
menjadi KTSP pada tahun 2006, dan terakhir kurikulum 2013. Disebutkan dalam
dokumen itu pada halaman 14.
“The most effective programs of public diplomacy - the ones most likely to endure and have long-term impact - are those that are mutually beneficial to the United States and to the Arab and
Muslim countries. We urge that care be taken
to emphasize programs that build bridges and address the region’s weaknesses, especially in education, while at the same time advancing the American message and building
a constituency of friendship and trust”
Indonesia menjadi sasaran
empuk AS. Sebab selain memiliki kelemahan di bidang pendidikan, AS memiliki
kepentingan terhadap populasi muslim di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia
yang didominasi muslim ini ternyata sangat mempengaruhi opini dunia. Jika Indonesia berani bersuara menentang AS
dengan kemampuan opininya ini, pastilah AS akan semakin jatuh di mata dunia
internasional. Itulah sebabnya mengapa AS sangat gencar menyetir penguasa
Indonesia. Analisa ini didasarkan pernyataan dalam dokumen tersebut pada
halaman 19 yang menyebutkan,
The bottom has indeed fallen out of support for the United States. In Indonesia, the country with the largest Muslim population in the world, only 15 percent view the United States favorably,
compared with 61 percent in early 2002. In Saudi
Arabia, according to a Gallup poll, only 7 percent had a ‘very favorable’ view of the U.S. while 49 percent had a ‘ve ry unfavorable’ view. In Turkey, a secular Muslim, non-Arab democracy that is a stalwart member of NATO and a longtime
supporter of America, favorable opinion toward the
U.S. dropped from 52 percent three years ago to 15 percent in the spring of 2003, according to the
Pew Research Center. The problem is not limited
to the Arab and Muslim world. In Spain, an ally in the war in Iraq, 3 percent had a very favorable view of the
United States while 39 percent had a very unfavorable view.
Disisi lain, secara ekonomi, AS
akan kehilangan pasar yang besar jika negara-negara muslim dan arab tidak lagi merasa
diuntungkan dengan keberadaan AS. Ketakutan inilah yang menyebabkan AS mengubah
strateginya menjadi lebih soft. Dan AS menyasar kalangan muda, karena di masa
depan kalangan muda inilah yang akan melanjutkan kepemimpinan di negara-negara
muslim dan Arab. Sungguh ini adalah sebuah strategi yang harus dipahami dengan
benar oleh generasi muda muslim.
Transformasi nila-nilai Barat
dalam diplomasi publik menjadi tidak terbantahkan ketika jelas disebutkan di halaman
23 dokumen tersebut sebagai berikut:
Unlike powerful nations of the past, the
United States does not seek to conquer but to spread universal ideals: liberty,
democracy, human rights, equality for women and minorities, prosperity, and the
rule of law. Specifically, according to our values and principles, the American vision for the Arab and Muslim world is for it to become a
peaceful, prosperous region working toward participatory government, with democracy, social justice, human dignity, and individual freedom for
all; a region where extremism, in either a secular or religious cloak, is marginalized and where the zone of tolerance is expanded. In more concrete terms, stated American
policy toward the Arab and Muslim world on issues like those below, needs to be more fully
communicated:
- peaceful settlement of conflicts between the Arabs and Israelis, in Kashmir, and in the Western Sahara;
- peace in Afghanistan and Iraq;
- regional security cooperation ;
- global energy security;
- free, open, representative, and tolerant political systems;
- economic growth through private market economies, free trade, and investment;
- education systems that prepare students to participate constructively in civil society and the global marketplace;
- a free press, with public and private media that educate, inform, and entertain, with careful attention to accuracy and respect for the diversity of the region;
- full participation of women and minorities in society.
Inilah yang harus
dipahami generasi muda. Tujuan AS adalah untuk menyebarkan nilai-nilai yang
mereka anut. Nilai-nilai yang kental dengan ideologi Kapitalisme Liberalisme.
Nilai-nilai inilah yang akan disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Agar seluruh
dunia menerapkan ideologi ini dan mereka akan menangguk keuntungan yang
luar biasa diatas penderitaan hampir sebagian besar bangsa yang ada di dunia
ini. Sungguh ini adalah kejahatan yang di desain sedemikian rupa sehingga tak
nampak bagi sebagian besar orang.
Penutup
Mencermati fakta diatas, menunjukkan bahwa Barat menggunakan kurikulum sebagai senjata untuk menjajah
kaum muslimin dan dengan kurikulum itulah Barat membalikkan segala hal.
Mengubah sudut pandang kaum muslimin terhadap kehidupan, mengubah pandangannya
terhadap nilai-nilai yang diemban oleh Islam dan mengubah pandangannya terhadap
hukum-hukum Islam itu sendiri. Wal hasil, jika ini dibiarkan dan generasi muda
digiring untuk mengikuti program cuci otak ini, maka akan sangat sulit bagi
kaum muslimin bangkit dan merebut kembali kejayaannya dulu.
Maka harus ada upaya yang kuat
untuk menyampaikan keburukan program ini di tengah-tengah masyarakat. Dan ini
tidak lain hanya bisa dilakukan dengan dakwah yang menggugah. Dakwah yang mampu
mengubah kembali sudut pandang masyarakat yang kebarat-baratan menjadi sudut
pandang Islam, mengubah kembali pandangan masyarakat tentang nilai-nilai Barat
dan mengubah kembali perasaan masyarakat akan hukum-hukum Islam. Dakwah semacam
ini tidak mungkin dilakukan jika tidak memiliki sebuah ideologi yang kuat dan
bersih dari pemikiran pemikiran barat. Sebab dakwah seperti inilah nantinya
yang akan mengantarkan pada penerapan hukum Islam secara sempurna di masyarakat.
disadur dari tulisan : dr.
Estyningtias P* dengan sedikit editing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar