“Sesungguhnya setan telah mengatakan :’Demi keagungan-Mu, wahai Rabbku,
aku tidak akan berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu selagi roh mereka
berada dalam jasadnya…’ (HR Ahmad
dari Abu Sa’id).
Siapa di hari gini yang ga kenal
gadget? Perangkat teknologi informasi terpopuler mulai dari pejabat hingga
orang melarat, dari orang tua hingga anak anak dan dari para pekerja hingga
pengangguran. Bedanya mungkin pada fisiltas di dalamnya saja. Namun sesederhana
apapun fasilitasnya gadget tetap menjadi teman setia dalam setiap kesempatan.
Istilahnya dimanapun tanpa gadget seolah mati gaya.
Bukan setan kalau tidak mampu
menggoda anak adam.Dia sangat kreatif dalam menciptakan modus modus penyesatan
kepada hamba hamba Allah. Baik sejak sebelum si hamba memulai suatu perbuatan,
pada saat berbuat dan jauh setelah perbuatan dilakukan.Jika belum berbuat ,
syetan selalu menahan seseorang untuk berbuat baik dengan keraguan dan
ketakutan. Ah, ga usah sedekah, nanti hartamu berkurang, buat kebutuhan sendiri
saja masih pas pasan, Ah ngapain datang di majelis ilmu, paling yang dibahas
itu itu aja ga dapet apa apa”. Atau mendorong orang untuk mencoba coba
perbuatan jahat, “udaaah sesekali hang out lah sama anak anak geje tuh, biar ga
ketinggalan informasi”. Pada saat berbuatpun syaitan menghiasi perasaan seorang
hamba dengan berbagai niat yang buruk dan menyimpang. Dan jauh hari setelah
suatu perbuatan dilakukan, syetan menggoda manusia agar menceritakan
kebaikannya atau mengenang perbuatan buruknya dan mengajaknya untuk mengulangi
keburukan itu. Salah satu sarana yang dipake syetan dalam menggoda anak adam
adalah dengan gadget.
Kalau kita mau renungkan, justru gadget sekarang seringkali telah menjadi penjelmaan setan itu sendiri. Chating, sms atau telepon, isinya menggunjing,
bersayang-sayang dengan orang yang haram
baginya, atau menyebar berita
dusta. Browsing membaca berita-berita
gosip, melihat-lihat gambar dan video berbau porno, atau mendownload lagu baru,
film dan game.
Memang sepertinya orang tidak berbuat apa-apa, tapi sebenarnya dosa
jalan terus melalui gadget. Kalaupun tidak melakukan yang berdosa seperti
menggunjing, pacaran dan menyebar dusta, mereka
dekat dengan perbuatan yang diperintahkan Allah untuk ditinggalkan,
yakni perbuatan sia-sia. Allah SWT
berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُونَ [٢٣:١]الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ [٢٣:٢]وَالَّذِينَ
هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ [٢٣:٣]
“Sungguh beruntunglah
orang-orang yang beriman. Yaitu
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia” (QS
Al Mu’minun : 1-3).
Perbuatan sia-sia adalah
perbuatan yang tidak kita sadari merugikan kita. Dengan melakukan perbuatan sia-sia, waktu
kita terbuang percuma. Semestinya kita
bisa menggunakan waktu tersebut untuk hal-hal lain yang bermanfaat dan
mengerjakan perbuatan yang dapat mendatangkan pahala. Bahkan perbuatan sia-sia dapat mengundang
dosa, saat kita terlena dengannya sampai melupakan kewajiban-kewajiban
kita. Seperti terlalu asyik menonton
film, chating, main game dan sebagainya sampai melewatkan waktu shalat.
Yang memprihatinkan, saat ini
perbuatan sia-sia seakan menjadi tren.
Di angkot, alih-alih berzikir, lebih banyak orang yang memasang headset
di telinganya, mendengarkan musik. Di
mana pun kita lihat orang yang sedang asyik dengan gadget. Chating
menjadi budaya, dari messenger-an, facebook, twitter sampai blackberry-an.
Mengasyikkan,
namun sangat disayangkan,
waktu kita habis sia-sia.
Padahal bagi
seorang muslim, waktu adalah investasi yang paling berharga. Dan waktu, tidak akan pernah bisa
kembali. Jangan sampai saat kita sudah
di depan pengadilan Allah, baru kita menyesali kehidupan kita di dunia, seperti
digambarkan Allah dalam QS. Al Fajr :
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ
بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ
يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ [٨٩:٢٣]
يَقُولُ يَا
لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي [٨٩:٢٤]
“Dan pada hari itu
diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi
tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku
dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". (QS. Al Fajr : 23-24).
Itulah sebabnya agama kita
memerintahkan kita untuk meninggalkan perbuatan sia-sia. Bahkan, seorang yang menjaga agamanya, ia
akan berusaha untuk sesedikit mungkin melakukan hal-hal yang mubah, sekalipun
boleh, untuk dapat memperbanyak melakukan yang wajib dan sunnah.
Dari Abu Hurairah ra, ia
berkata: “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya:
“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang
adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya".”(Hadits hasan. Diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dan selainnya seperti itu). Hadits di ini merupakan salah satu
prinsip adab dan etika mulia dalam Jami’ul 'Ulum wal-Hikam (I/288).
Disinilah pentingnya kita menyusun prioritas
amal. Amal-amal wajib kita jalankan
dengan sempurna. Amal-amal sunnah kita
perbanyak, amal-amal mubah kita cukupkan dengan seperlunya saja, dan amal-amal
yang makruh dan haram kita tinggalkan.
Insya Allah, dengan kita menjaga diri dari perbuatan sia-sia, kita akan
terhindar dari mengerjakan yang haram dan terjaga dari kerugian dunia.
Assalamualaikum
BalasHapusKak, izin copas ya untuk media kampus, kalau kurang berkenan boleh sampaikan ke kami agar dihapus kok,
Sementara tulisannya kami muat di sini:
http://www.portalrabbani.com/2014/07/setan-itu-bernama-gadget.html
Terimakasih
ok 😊
BalasHapus