Kamis, 24 April 2014

Ketika virginitas dimanipulasi



Miris, itulah kata yang setidaknya mewakili fakta remaja kita. Sederet berita tentang begitu mudahnya remaja ABG diperdaya oleh para dukun cabul cukup membuat bulu kuduk merinding. Sebutlah kisah tentang beberapa siswi SMP di Semarang awal April kemarin, yang bersedia dicabuli oleh dukun yang menjanjikan untuk mengembalikan keperawanan mereka. Kisah ini sudah ke sekian kalinya terulang. Sejak bulan November 2013, kejadian serupa terjadi di Deli Serdang, 20 ABG telah menjadi korban seorang dukun cabul yang berjanji akan memulihkan keperawanan dan memberikan pemanis untuk memikat lawan jenis mereka. Masih di Deli Serdang juga, 50 remaja belasan tahun menjadi korban  seorang dukun cabul, dengan alasan yang sama yaitu untuk memulihkan keperawanan. Ketika ditanya oleh penyidik, sang dukun mengaku sangat mudah mengelabui korbannya karena anak anak dibawah umur rata rata masih polos.
Keperawanan, antara tuntutan moral dan realitas
Masih pentingkah keperawanan bagi remaja saat ini? Pertanyaan ini cukup dilematis. Memang benar, pendidikan moral dalam adat masyarakat Indonesia masih menempatkan keperawanan sebagai tolok ukur  bagi seorang calon pengantin. Dia menjadi norma yang dipertahankan oleh masyarakat kita yang masih menjunjung tinggi nilai nilai ketimuran. Bagi sebuah keluarga, menikahkan putrinya dalam keadaan tidak perawan adalah aib yang akan mendapatkan sanksi moral dari masyarakat. Keluarga akan menjadi bahan gunjingan yang tentu tidak menyenangkan dan mencoreng martabat keluarga. Dari sini kita melihat bahwa keperawanan sesungguhnya masih dianggap penting oleh masyarakat kita.
Hanya saja, disisi lain remaja kita dengan gencarnya diserang oleh budaya permisiv yang memporak porandakan pertahanan moral mereka. Pergaulan bebas makin tak terkendali dan fakta di atas seolah seperti puncak gunung es persoalan pergaulan remaja kita. Penulis menilai, setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan terjadinya fakta ini, yaitu:
1.       Lemahnya ketakwaan individu
Pendidikan agama yang tertanam dalam benak remaja kita lambat laun tereduksi hanya pada ranah ritual, itupun dalam kadar yang minimal. Betapa tidak, tolok ukur keberhasilan pendidikan agama seringkali ditakar dari aspek kognitif saja, sementara dari sisi praktis pun, evaluasi pendidikn agama hanya mampu menyentuh aspek ibadah dan akhlak. Padahal jika kita telusuri, terbentuknya kepribadian kuat harus mencakup dua hal yaitu pola pikir  dan pola sikap yang benar. Pola pikir yang benar harus mencakup aspek-aspek yang komprehensif mulai dari aqidah, akhlaq, ibadah,pemahaman terhadap alqur’an dan sunnah yang baik, serta penguasaan ilmu muamalah. Dengan pemahaman yang komprehensif, akan tertanam iman yang kuat kepada Allah SWT, sifat ihsan dan senantiasa bersikap wara’ dalam bersikap. Ini akan menjadi benteng tersendiri bagi remaja pada saat keluarga tidak mampu mengawasi, karena kesadarannya akan hubungan dengan Allah telah melekat.

2.       Menurunnya kontrol masyarakat
Pola hidup penuh kesibukan telah menjadi ritme masyarakat kita, sehingga lambat tapi pasti budaya kita meluncur menuju masyarakat cuek bebek terhadap sekitarnya. Pesatnya teknologi gadget dinilai juga cukup efektif menggerus kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terdekatnya. Seperti sebuah ungkapan, “gadget, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Betapa berbedanya suasana masyarakat kita saat ini dengan saat belum ada gadget. Dulu, suasana di warung atau restoran sangat gaduh dengan pembeli yang saling bercerita dan berkomunikasi sambil menunggu pesanan menu disajikan, tapi Saat ini, apa yang kita saksikan, di warung yang sama? Mungkin hanya wajah-wajah yang khusyu tertunduk dan terkadang tersenyum simpul membaca update status orang-orang jauh dalam jejaring sosial mereka. Bahkan sepasang suami istripun enggan bertegur sapa, hingga pada kasus yang lebih parah yaitu ketika ditemukan kasus seorang bayi meninggal gara-gara sang ibu sibuk main facebook. Betapa berbahayanya sikap tidak peduli ini. Termasuk ketidakpedulian mereka dengan fakta remaja yang terabaikan oleh keluarga dan orang-orang terdekat karena kesibukan mereka. Maka fakta memilukan yaitu pergaulan bebas  bukan hal aneh ketika kontrol masyarakat sudah minim.

3.       Kurangnya peran negara
Negara adalah benteng yang kuat bagi masyarakat, pemerintah ibarat perisai bagi rakyatnya dari berbagai makar buruk maupun pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Pemerintah memiliki kewenangan luar biasa dalam membuat dan menerapkan hukum bagi masyarakat. Pemerintah pula yang punya kewenangan  menegakkan sistem hukum yang melindungi bangsa dengan menerapkan sanksi yang memberikan kepastian hukum sehingga rakyat bisa merasakan kenyamanan hidup berbangsa dan bernegara. Pemerintah yang baik setidaknya didukung oleh dua hal yaitu sistem hukum yang adil dan aparat yang bersih dan amanah. Ketika peran pemerintah melemah, maka sangat wajar jika arus budaya negatif tak bisa dibendung lagi. Ibarat tanggul yang jebol, airnya akan menghanyutkan apa saja yang dilewatinya, rumah, ternak bahkan masjid sekalipun.

Pergaulan bebas yang amoral ini setidaknya diperparah oleh tiga hal tadi.Remaja mendapatkan inspirasi dari sosial media informasi dan telekomunikasi yang tidak tersensor dengan baik. Demikian pula rusaknya moral aparat seringkal menjadi pemicu bagi masyarakat untuk meniru mereka.
Hal ini tali temali dengan perundang-undangan kita yang juga tidak mantap dalam mendefinisikan tentang perzinaan yang dikenai delik hukum, sehingga para pelaku pencabulan ini begitu mudahnya melenggang dengan alasan, mereka melakukannya suka sama suka. Sebut saja pasal 287 KUHP yang menyebutkan bahwa, bukanlah dikatakan zina apabila persetubuhan dilakukan dengan perempuan yang belum cukup umur lima belas tahun.  Demikian pula dalam pasal 284 ayat (1) KUHP tentang perzinaan yang berbunyi,” dihukum penjara selama lamanya sembilan bulan, 1. a. Bagi laki laki yang beristri, berbuat zina sedang diketahuinya, bahwa pasal 27 KUH Perdata (sipil) berlaku padanya; b.Perempuan yang bersuami berbuat zina; 2.a. Laki-laki yang turut melakukan perbuatan itu sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami; b. Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedangkan diketahuinya bahwa kawannya itu beristri dan pasal 27 KUH Perdata berlaku pada kawannya”. Pasal ini melegalkan apabila ada seseorang baik laki laki atau perempuan belum menikah untuk berzina.  
Peliknya masalah undang undang ini juga karena masing masing berangka dari asas yang berbeda beda, sehingga antara satu undang-undang dengan undang-undang lain saling tumpang tindih dan bertabrakan. Siapa yang bermodal besar berhak untuk menetapkan aturan agar kepentingan mereka bisa dibuat mulus. Termasuk kepentingan bisnis. Maka kebebasan ala demokrasi pun menjadi laku untk membuat dan menetapkan aturan di negeri ini. Layakny hukum rimba, siapa kuat  dia berkuasa.

Remaja berfikir pragmatis

Pergaulan bebas membudaya, menggerus siapa saja yang ada dalam sistem ini. Kerusakan menjadi sistemik dalam segala aspek. Kebebasan berperilaku dan berekspresi menjadi jaminan  dalam demokrsi kita maka tak heran semua kerusakan ini seringkali berlindung dibawah nama kebebasan dan HAM. Sulit menguraikannya kembali seoalah ia seutas benang kusut. Disisi lain tuntutan moral dan adat masih sedikit terbawa dalam tradisi. Maka berfikir pragmatis adalah jalan pintas untuk mencari solusi. Keperawanan pun bisa dimanipulasi. Sebutlah ada seorang artis yang sanggup membayar ratusan juta rupiah untuk menempuh perawatan dokter demi mengembalikan keperawanannya. Nah bagaimana dengan remaja ABG yang terlanjur jatuh ke dunia pergaulan bebas? Maka tawaran dukun yang menjanjikan alternatif untuk mengembalikan keperawananpun menjadi solusi bagi mereka yang akalnya belum sepenuhnya matang. Anak-anak di bawah umur yang telah terpapar materi seksual ini begitu mudahnya mempercayai janji manis yang ditawarkan. Pola pikir rasional menjadi hilang ketika tuntutan kebutuhan menjadi mendesak.

Islam sebagai solusi Alternatif

Rusaknya kehidupan remaja ini menjadi PR kita bersama. Sudah waktunya kita mengembalikan identitas bangsa ini dengan melaksanakan hukum-hukum Allah. Mulai dari individu kita sendiri, menanamkan ketakwaan dengan memperbanyak menuntut ilmu untuk disampaikan kepada keluarga dan orang orang sekitar. Mengedukasi masyarakat dengan pola pikir dan pola sikap islami, agar terbentuk suasana persaudaraan dan saling menjaga satu sama lain, amar ma’ruf nahy munkarpun menjadi budaya. Lebih penting lagi adalah memilih para wakil rakyat dan pemimpin yang amanah dan mau mengimplementasikan nilai-nilai islam dalam kehidupan bernegara dalam semua bidang termasuk aspek hukum.
Wallahu a’lam bi shawab

Selasa, 22 April 2014

Problematika Surat Dalam Al-Qur'an (1)



Menurut Az-Zarqoni secara lughawi, surah berarti manzilah atau kedudukan. Arti lainnya adalah syaraf, atau kemuliaan, yaitu sesuatu yang menonjol dan baik dari suatu bangunan, tanda dan pagar. Kata “su>rat” berasal dari kata as-su’ru yang berarti “sisa air dalam bejana”, as-sur yang berarti “pagar pembatas (dinding)”, atau dari kata as-su>rat yang berarti “pasal”.
 Merujuk penelusuran Montgomery watt, asal kata surah diperkirakan berasal dari bahasa Ibrani yaitu Shurah yang berarti suatu deretan atau serangkaian bagian atau bab. Sedangkan kata surat dalam bahasa Siria disebut Surta yang bermakna tulisan atau kitab suci.
Menurut definisi yang dikenal dalam hubungannya dengan alquran, surah adalah kelompok tersendiri dari ayat ayat alquran yang mempunyai awal dan akhir. Menurut Abdul wahhab Abdul Majid Ghazlan, surah adalah sekelompok tersendiri dari alquran yang terdiri dari sedikitnya tiga ayat .[1]
اما السورة فمعناها طا ئفة من القران مستقلة اقلها ثلاث ايات
Su>rat adalah bagian dari Al-Qur’a>n yang sedikitnya terdiri dari tiga ayat
Al-Qur’an terdiri atas surat-surat dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surat dari al-Qur’an. Surat adalah sekelompok ayat yang berdiri sendiri  yang mempunyai permulaan dan penutup. Tertib atau urutan ayat-ayat al-Qur’an ini adalah taufiqi ketentuan dari Nabi Muhammad Saw. Sebagian riwayat mengatakan bahwa pendapat ini adalah ijma’, diantaranya adalah az-Zarkazi, Abu ja’far ibnuZubair[2].
Kita bisa menemukan kata surat dalam Al-Qur’an tertera dalam beberapa pengertian, di antaranya surat yang didefinisikan sebagai tantangan yaitu tertera dalam surat Yunus[10]:38, Surat Hud [11]:13 dan Surat Al-Qashas [28]:49.  
Menurut Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan Fi Ulum al-Qur’an, ia berpendapat bahwa surat adalah Al-Qur’an yang mencakup sejumlah ayat yang mempunyai permulaan dan penutup[3]
Menurut Az-Zarqony dalam kitab Manahilul Irfan fii Ulumil Qur’an surat adalah sekelompok ayat yang berdiri sendiri  yang mempunyai permulaan dan penutup[4].
Dalam Ensiklopedia Al-Qur’a>n dijelaskan bahwa su>rat adalah kumpulan ayat-ayat Al-Qur’a>n tertentu yang mempunyai awalan dan potongan suku kalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Su>rat adalah bagian dari Al-Qur’a>n yang terdiri dari beberapa ayat –sedikitnya tiga ayat– yang mempunyai pendahuluan dan penutup.

  
PENENTUAN SURAT AL-QUR’AN, NAMA DAN TUJUANNYA

Al-Qur’a>n terdiri atas su>rat-su>rat dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah su>rat dari Al-Qur’a>n. Su>rat adalah sejumlah ayat Al-Qur’a>n yang mempunyai permulaan dan kesudahan[5]. Menurut Ahmad Abdul Aziz, Su>rat adalah bab dalam al-Qur’a>n. Ada 114 su>rat yang secara garis besar diatur sesuai dengan panjangnya, yang dimulai dengan su>rat yang paling panjang, kecuali su>rat al-Fa>tih}ah (pembukaan) yang merupakan su>rat yang pendek. Semua su>rat mempunyai nama khusus. Semua su>rat dimulai dengan bacaan Basmalah kecuali su>rat at-Taubat.
Su>rat-su>rat Al-Qur’a>n terdiri dari ‘verses’, yang disebut ayat (jamak: aya). Su>rat yang terpanjang dalam Al-Qur’a>n terdiri atas 286 ayat (su>rat al-Baqarah) dan yang terpendek terdiri atas 3 ayat (su>rat an-Nas}r, su>rat al-Kauthar, dan su>rat al-‘As}r). Antara satu su>rat dan su>rat lainnya dipisahkan oleh bacaan basmalah kecuali antara su>rat al-Anfa>l dan su>rat at-Taubat).
 Jumlah su>rat Qur’an ada seratus empat belas su>rat. Su>rat yang pertama adalah Al-Fa>tih}ah, merupakan doa pendek yang sangat sering dibaca oleh umat Islam. Mengenai jumlah su>rat Al-Qur’a>n ada pula yang mengatakan ada seratus tiga belas su>rat, karena su>rat al-Anfa>l dan Bara>’ah dianggap satu su>rat. Adapun jumlah ayatnya sebanyak 6.200 lebih namun “kelebihan” ini masih diperselisihkan. Ayat terpanjang adalah ayat tentang utang-piutang, sedang su>rat terpanjang adalah su>rat al-Baqarah. Setiap su>rat memiliki nama, yang diambil dari kata yang menonjol atau sering disebutkan dalam su>rat atau diambil dari kata yang terdapat pada permulaan su>rat. Terkadang suatu su>rat mempunyai dua nama yang mana keduanya sama-sama sering digunakan.
 Penamaan surat dalam alqur’an adalah sebagai berikut:
  1. Su>rat al-Fa>tih}ah (pembukaan). Su>rat ini diletakkan di permulaan Al-Qur’a>n. Al-Fa>tih}ah mempunyai beberapa nama, yaitu Ummu Al-Qur’a>n (induk Al-Qur’a>n), Ummu al-Kitab (induk kitab), dan as-Sab’u al-Masani (tujuh yang berulang-ulang, karena terdiri dari tujuh ayat dan diulang-ulang dalam salat). Al-Fa>tih}ah adalah su>rat pertama yang diturunkan secara lengkap dan mengandung unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al-Qur’a>n, yaitu unsur akidah, ibadah, dan akhlak.
  2. Su>rat al-Baqarah (sapi betina). Dalam su>rat ini dikisahkan tentang penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah swt. Kepada Bani Israil. Nama lainnya adalah Furtat Al-Qur’a>n (Puncak Al-Qur’a>n) karena berisi beberapa ketentuan hukum yang penting dan tidak disebutkan dalam su>rat-su>rat lainnya. Disebut juga alif la>m mi>m karena diawali dengan kata itu.
  3. Su>rat ‘Ali> Imra>n (keluarga Imran). Su>rat ini memuat kisah keluarga Imran yang di dalamnya dipaparkan cerita tentang kelahiran putri dan cucu Imran, Maryam dan Isa.
  4. Su>rat an-Nisa>‘ (wanita). Tema pokok su>rat an-Nisa>‘ adalah masalah wanita.
  5. Su>rat al-Ma>idah (hidangan). Su>rat ini dinamakan al-Ma>idah karena memuat kisah pengikut Nabi Isa as. yang menuntut agar didatangkan hidangan makanan dari langit. Nama lainnya adalah al-‘Uqud (perjanjian) karena banyak berisi masalah perjanjian dan al-Munqiz (yang menyelamatkan) karena dalam su>rat ini ada kisah Nabi Isa as. yang menyelamatkan pengikutnya yang setia.
  6. Su>rat al-An’a>m (binatang ternak). Al-An’a>m berkaitan dengan adat istiadat orang musyrik. Menurut adat mereka binatang ternak itu dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
7.    Su>rat al-A’ra>f (tempat yang tertinggi antara surga dan neraka). Kata al-A’ra>f terdapat pada ayat 46.
8.    Su>rat al-Anfa>l (harta rampasan perang). Dinamakan al-Anfa>l karena tema yang menonjol dalam su>rat ini adalah masalah harta rampasan perang.
9.    Su>rat at-Taubat (tobat). Dinamakan at-Taubat karena dalam su>rat ini berulang kali disebutkan kata at-Taubat. Nama lainnya adalah Bara>’ah (berlepas diri, memutuskan hubungan), karena tema pokok yang dibicarakan adalah masalah pernyataan memutuskan perjanjian damai dengan orang musyrik.
  1. Su>rat Yunus. Su>rat ini dinamakan Yunus karena memuat kisah Nabi Yunus as.
  2. Su>rat Hu>d. Diberi nama Hu>d karena memuat kisah Nabi Hu>d as.
  3. Su>rat Yu>suf. Dinamakan Yu>suf karena dalam su>rat ini diceritakan kisah Nabi Yu>suf as.
  4. Su>rat ar-Ra’d (guruh). Nama su>rat ini diambil dari kata ar-ra’d yang terdapat pada ayat 13.
  5. Su>rat Ibra>hi>m. Diberi nama Ibra>hi>m karena memuat kisah Nabi Ibra>hi>m as. dan doanya (ayat 35-41)
  6. Su>rat al-H}ijr. Diberi nama al-H}ijr karena dalam su>rat ini diceritakan kaum Samud yang tinggal di suatu daerah pegunungan yang bernama H}ijr.
  7. Su>rat an-Nah}l (lebah). Su>rat ini diberi nama an-Nah}l karena di dalam ayat 68 Allah swt. menyebut masalah lebah. Su>rat ini disebut juga an-Ni’am (nikmat).
  8. Su>rat al-Isra>(berjalan di waktu malam). Su>rat ini dinamakan al-Isra> karena tema pokok yang dibahas adalah kisah isra mikraj. Su>rat ini dinamakan juga Bani Isra’il karena pada pendahuluannya dikisahkan tentang Bani Israil.
  9. Su>rat al-Kahfi (gua). Su>rat ini dinamakan al-Kahfi karena menceritakan para pemuda yang menghuni gua dan tinggal bertahun-tahun lamanya disana.
  10. Su>rat Maryam. Dinamakan su>rat Maryam karena di dalamnya diungkapkan kisah Maryam, ibu Nabi Isa as. yang melahirkannya tanpa dikawini atau dicampuri laki-laki.
  11. Su>rat T}aha. Su>rat ini dimulai dengan huruf hijaiyyah t}a> ha>.
  12. Su>rat al-Anbiya> (nabi-nabi). Su>rat ini memuat kisah beberapa orang nabi
  13. .Su>rat al-H}ajj (haji), mengemukakan hal yang berkaitan dengan ibadah haji.
  14. Su>rat al-Mu’minu>n (orang-orang yang beriman). Su>rat ini dinamakan al-Mu’minu>n karena diawali dengan penjelasan tentang sifat orang mukmin dan keberuntungan mereka.
  15. Su>rat an-Nu>r (cahaya). Nama su>rat ini diambil dari kata an-Nu>r yang tertera pada ayat 35. Yang dimaksudkan dengan an-Nu>r disini adalah Al-Qur’a>n.
  16. Su>rat al-Furqa>n (pembeda). Su>rat ini dimulai dengan ayat yang menyebut kata al-Furqa>n. Yang dimaksud al-Furqa>n disini adalah Al-Qur’a>n.
  17. Su>rat asy-Syu’ara> (para penyair). Di dalam su>rat ini disebutkan kedudukan para penyair (ayat 224).
  18. Su>rat an-Naml (semut). Dinamakan an-Naml karena memuat cerita tentang semut di masa Nabi Sulaiman as. (ayat 18 dan 19).
  19. Su>rat al-Qas}as} (cerita). Su>rat ini dinamakan al-Qas}as} karena terdapat kata qas}as} pada ayat 25.
  20. Su>rat al-’Ankabu>t (laba-laba). Nama su>rat ini diambil dari kata al-‘ankabu>t yang terdapat pada ayat 41. Dalam su>rat ini, Allah mengumpamakan penyembah berhala dengan laba-laba yang terlalu yakin pada kekuatan sarangnya, padahal sebenarnya sarangnya itu sangat rapuh. Demikian pula dengan kekuatan berhala yang disembah, tidak sedikit pun dapat menolong mereka dari azab.
  21. Su>rat ar-Ru>m. Su>rat ini dinamakan demikian karena memuat kisah bangsa Romawi (ayat 2-4).
  22. Su>rat Luqma>n. Su>rat ini memuat kisah Luqman.
  23. Su>rat as-Sajdah (sujud). Dinamakan demikian karena dalam su>rat ini terdapat ayat as-sajdah (ayat 15).
  24. Su>rat al-Ahza>b (golongan yang bersekutu). Su>rat ini memuat kisah perang Ahza>b (perang Khandaq).
  25. Su>rat Saba>. Su>rat ini memuat kisah kaum Saba>, salah satu kabilah Arab di daerah Yaman.
  26. Su>rat Fa>t}ir (pencipta). Nama su>rat ini diambil dari kata fa>t}ir yang terdapat pada ayat pertama.
  27. Su>rat Ya>si>n. Su>rat ini dimulai dengan huruf ya dan sin.
  28. Su>rat as}-S}affa>t. Su>rat ini dinamakan demikian karena dimulai dengan kata as}-s}affa>t yang menerangkan bahwa jiwa para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhan itu bersih dan tidak dapat digoda oleh setan.
  29. Su>rat S}ad. Nama su>rat ini diambil dari huruf hijaiyyah s}ad yang mengawali su>rat.
  30. Su>rat az-Zumar (rombongan). Nama su>rat ini diambil dari kata zumar yang terdapat pada ayat 71 dan 73.
  31. Su>rat al-Mu’min (orang yang beriman). Nama su>rat ini diambil dari kata mu’min yang terdapat pada ayat 28.
  32. Su>rat Fus}s}ilat (yang dijelaskan) atau su>rat as-Sajdah (H}a>mi>m). Nama su>rat ini diambil dari kata fus}s}ilat yang terdapat pada ayat 3.
  33. Su>rat ash-Shura (musyawarah). Nama su>rat ini diambil dari kata shura yang terdapat pada ayat 38.
  34. Su>rat az-Zukhruf (perhiasan). Nama su>rat ini diambil dari kata zukhruf yang terdapat pada ayat 35.
  35. Su>rat ad-Dukha>n (kabut). Nama su>rat ini diambil dari kata dukha>n yang terdapat pada ayat 10.
  36. Su>rat al-Ja>thiyah (yang berlutut). Nama su>rat ini diambil dari kata Ja>thiyah yang terdapat pada ayat 28.
  37. Su>rat al-Ah}qa>f (bukit pasir). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Ah}qa>f yang terdapat pada ayat 21.
  38. Su>rat Muh}ammad. Nama su>rat ini diambil dari kata Muh}ammad yang terdapat pada ayat kedua. Su>rat Muh}ammad disebut juga su>rat al-Qita>l (peperangan) karena memuat hukum peperangan.
  39. Su>rat al-Fath} (kemenangan). Nama su>rat ini diambil dari kata Fath} yang terdapat pada ayat pertama.
  40. Su>rat al-Hujura>t (kamar). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Hujura>t yang terdapat pada ayat keempat.
  41. Su>rat Qa>f. Nama su>rat ini diambil dari huruf hijaiyyah qaf yang terdapat pada permulaan su>rat ini.
  42. Su>rat adh-Dha>riya>t (angin yang menerbangkan). Nama su>rat ini diambil dari kata adh-Dha>riya>t yang terdapat pada awal su>rat.
  43. Su>rat at}-T}u>r (bukit). Nama su>rat ini diambil dari kata at}-T}u>r yang terdapat pada permulaan su>rat.
  44. Su>rat an-Najm (bintang). Nama su>rat ini diambil dari kata an-Najm yang terdapat pada awal su>rat.
  45. Su>rat al-Qamar (bulan). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Qamar yang terdapat pada ayat pertama.
  46. Su>rat ar-Rah}man (Yang Maha Pemurah). Nama su>rat ini diambil dari kata ar-Rah}man yang terdapat pada permulaan su>rat.
  47. Su>rat al-Wa>qi’ah (hari kiamat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Wa>qi’ah yang terdapat pada ayat pertama.
  48. Su>rat al-H}adi>d (besi). Nama su>rat ini diambil dari kata h}adi>d yang terdapat pada ayat 2.
  49. Su>rat al-Mujadalah (wanita yang mengajukan gugatan). Su>rat ini dinamakan demikian karena pada awal su>rat ini disebutkan tentang seorang wanita yang mengajukan gugatan terhadap suaminya yang telah men-z}ihar-nya.
  50. Su>rat al-Hashr (pengusiran). Dinamakan su>rat al-Hashr karena menjelaskan peristiwa pengusiran Bani Nadir (suku Yahudi) dari Madinah (ayat 2).
  51. Su>rat al-Mumtah}anah. Nama su>rat ini diambil dari kata famtah}inu>hunna (ayat 10) yang yang menjelaskan wanita yang diuji (mumtah}anah).
  52. Su>rat as}-S}a>ff (barisan). Nama su>rat ini diambil dari kata s}a>ff yang terdapat pada ayat 4.
  53. Su>rat al-Jumu’ah (hari Jum’at). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Jumu’ah yang terdapat pada ayat 9.
  54. Su>rat al-Muna>fiqu>n. Su>rat ini dinamakan demikian karena isinya mengungkapkan sifat orang munafik.
  55. Su>rat at-Tagha>bu>n (hari ditampakkan kesalahan). Nama su>rat ini diambil dari kata at-Tagha>bu>n yang terdapat pada ayat 9.
  56. Su>rat at}-T}ala>q (talak). Su>rat ini dinamakan demikian karena kebanyakan ayatnya membicarakan masalah talak.
  57. Su>rat at-Tah}ri>m (mengharamkan). Nama su>rat ini diambil dari kata tah}ri>m yang terdapat pada ayat pertama.
  58. Su>rat al-Mulk (kerajaan). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Mulk yang terdapat pada ayat pertama.
  59. Su>rat al-Qalam (kalam). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Qalam yang terdapat pada awal su>rat.
  60. Su>rat al-H}a>qqah (hari kiamat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-H}a>qqah yang terdapat pada permulaan su>rat.
  61. Su>rat al-Ma’a>rij (tempat naik). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Ma’a>rij yang terdapat pada ayat ketiga.
  62. Su>rat Nu>h}. Dinamakan demikian karena seluruh su>rat ini menjelaskan masalah doa dan dakwah Nabi Nu>h} as.
  63. Su>rat al-Jinn. Nama su>rat ini diambil dari kata al-Jinn yang terdapat pada ayat pertama.
  64. Su>rat al-Muzzammil (orang yang berselimut). Nama su>rat ini diambil dari kata al-Muzzammil yang terdapat pada ayat pertama.
  65. Su>rat al-Muddaththir (yang berlutut). Nama su>rat ini diambil dari kata al-muddaththir yang terdapat pada ayat pertama.
  66. Su>rat al-Qiya>mah (hari kiamat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-qiya>mah yang terdapat pada ayat pertama.
  67. Su>rat al-Insa>n (manusia). Nama su>rat ini diambil dari kata al-insa>n yang terdapat pada ayat pertama. Disebut juga su>rat ad-Dahr.
  68. Su>rat al-Mursala>t (malaikat yang diutus). Nama su>rat ini diambil dari kat/a al-mursala>t yang terdapat pada permulaan su>rat.
  69. Su>rat an-Naba> (berita besar). Nama su>rat ini diambil dari kata an-naba> yang terdapat pada ayat kedua.
  70. Su>rat an-Na>zi’a>t (malaikat pencabut nyawa). Nama su>rat ini diambil dari kata an-naz>i’a>t yang terdapat pada awal su>rat.
  71. Su>rat ‘Abasa (ia bermuka masam). Nama su>rat ini diambil dari kata ‘abasa yang mengawali su>rat.
  72. Su>rat at-Takwi>r (menggulung). Nama su>rat ini diambil dari masdar fi’il kuwira (digulung) yang terdapat pada ayat pertama.
  73. Su>rat al-Infit}a>r (terbelah). Nama su>rat ini diambil dari masdar fi’il infat}ara (terbelah) yang terdapat pada ayat pertama.
  74. Su>rat al-Mutaffifi>n (orang yang curang). Nama su>rat ini diambil dari kata al-mutaffifi>n yang terdapat pada ayat pertama.
  75. Su>rat al-Inshiqa>q (terbelah). Nama su>rat ini diambil dari masdar fi’il inshaqqa (terbelah) pada ayat pertama.
  76. Su>rat al-Buru>j (gugusan bintang). Nama su>rat ini diambil dari kata al-buru>j yang terdapat pada ayat pertama.
  77. Su>rat at}-T}a>riq (yang datang di malam hari). Nama su>rat ini diambil dari kata at}-t}a>riq di permulaan su>rat.
  78. Su>rat al-A’la> (yang paling tinggi). Nama su>rat ini diambil dari kata al-a’la> yang terdapat pada ayat pertama.
  79. Su>rat al-Gha>shiyah (peristiwa yang dahsyat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-gha>shiyah yang terdapat pada ayat pertama.
  80. Su>rat al-Fajr (fajar). Nama su>rat ini diambil dari kata al-fajr pada permulaan su>rat.
  81. Su>rat al-Balad (negeri). Nama su>rat ini diambil dari kata al-balad yang terdapat pada ayat pertama.
  82. Su>rat ash-Shams (matahari). Nama su>rat ini diambil dari kata ash-shams yang terdapat pada permulaan su>rat.
  83. Su>rat al-Lail (malam). Nama su>rat ini diambil dari kata al-lail yang terdapat pada awal su>rat.
  84. Su>rat ad}-D}uh}a> (waktu duha). Nama su>rat ini diambil dari kata ad}-d}uh}a> yang terdapat pada permulaan su>rat.
  85. Su>rat Alam Nashrah} (melapangkan). Nama su>rat ini diambil dari kata alam nashrah} yang terdapat pada ayat pertama.
  86. Su>rat at-Ti>n (buah tin). Nama su>rat ini diambil dari kata at-ti>n yang terdapat pada awal su>rat.
  87. Su>rat al-‘Alaq (segumpal darah). Nama su>rat ini diambil dari kata al-‘Alaq yang terdapat pada awal su>rat.
  88. Su>rat al-Qadr (kemuliaan). Nama su>rat ini diambil dari kata al-qadr yang terdapat pada ayat pertama.
  89. Su>rat al-Bayyinah (bukti yang nyata). Nama su>rat ini diambil dari kata al-bayyinah pada ayat pertama.
  90. Su>rat az-Zalzalah. Nama su>rat ini diambil dari kata zilzal (ayat 1) yang berarti keguncangan hebat pada hari kiamat.
  91. Su>rat al-‘A>diyat (kuda perang yang berlari kencang). Nama su>rat ini diambil dari kata al-‘a>diyat yang terdapat pada awal su>rat
  92. Su>rat al-Qa>ri’ah (hari kiamat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-qa>ri’ah yang terdapat pada permulaan su>rat.
  93. Su>rat at-Taka>thur (bermegah-megahan). Nama su>rat ini diambil dari kata at-taka>thur yang terdapat pada ayat pertama.
  94. Su>rat al-‘As}r (masa). Nama su>rat ini diambil dari kata al-‘as}r yang terdapat pada awal su>rat.
  95. Su>rat al-Humazah (pengumpat). Nama su>rat ini diambil dari kata al-humazah yang terdapat pada ayat pertama.
  96. Su>rat al-Fi>l (gajah). Nama su>rat ini diambil dari kata al-fi>l yang terdapat pada ayat pertama.
  97. Su>rat Quraish (suku Quraisy). Nama su>rat ini diambil dari kata quraish yang terdapat pada ayat pertama.
  98.  Su>rat al-Ma>’u>n (barang yang berguna). Nama su>rat ini diambil dari kata al-ma>’u>n yang terdapat pada ayat terakhir.
  99. Su>rat al-Kauthar (nikmat yang banyak). Nama su>rat ini diambil dari kata al-kauthar yang terdapat pada ayat pertama.
  100.  Su>rat al-Ka>firu>n (orang-orang kafir). Nama su>rat ini diambil dari kata al-ka>firu>n yang terdapat pada ayat pertama.
  101.  Su>rat an-Nas}r (pertolongan). Nama su>rat ini diambil dari kata an-nas}r yang terdapat pada ayat pertama.
  102. Su>rat al-Lahab (gejolak api). Nama su>rat ini diambil dari kata al-lahab yang terdapat pada ayat pertama.
  103. Su>rat al-Ikhla>s} (yang berlutut). Nama su>rat ini diambil dari temanya yang sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah swt.
  104. Su>rat al-Falaq (waktu subuh). Nama su>rat ini diambil dari kata al-falaq yang terdapat pada ayat pertama.
  105. Su>rat an-Na>s (manusia). Nama su>rat ini diambil dari kata an-na>s yang terdapat pada ayat pertama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara nama su>rat dan kandungan isi su>rat memiliki kaitan sebagai berikut:
  1. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan su>rat. Nama su>rat al-Fa>tih}ah disebut dengan umm al-Kita>b karena urgensinya dan disebut dengan al-Fa>tih}ah karena kedudukannya.
  2. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol. Seperti su>rat al-Ankabu>t, al-Fath}, al-Fi>l, al-Lahab, dan sebagainya.
  3. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-Ikhla>s} karena mengandung ide pokok keimanan yang paling mendalam.
  4. Nama diambil dari tema spesifik, misalnya al-H}ajj (tema haji), an-Nisa>‘ (tema perempuan dan tatanan kehidupan rumah tangga).
  5. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak pada permulaan su>rat. Contohnya: T}a>ha>, Ya>si>n, S}a>d, dan Qa>f.

Berdasarkan panjang pendek su>rat atau jumlah ayat yang dikandungnya, ulama membagi su>rat ke dalam empat kelompok:
  1. At}-T}iwa>l, disebut juga sab’u at}-t}iwa>l, yaitu tujuh su>rat yang panjang, terdiri dari su>rat al-Baqarah, Ali ‘Imra>n, an-Nisa>‘, al-Ma>’idah, al-An’a>m, A’ra>f dan yang ketujuh – ada yang mengatakan – Anfa>l dan Bara>’ah sekaligus karena tidak dipisah dengan basmalah di antara keduanya. Dan dikatakan pula bahwa yang ketujuh adalah su>rat Yunus.
  2. Al-Miun, yaitu su>rat-su>rat yang ayat-ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu, seperti Hud, Yusuf, an-Nahl, dan al-Kahfi.
  3. Al-Matha>ni, yaitu su>rat-su>rat yang jumlah ayatnya kurang dari seratus ayat atau di bawah al-Mi’u>n, seperti al-H}ajj, al-Qas}as}, dan al-Ahzab. Dinamakan Matha>ni, karena su>rat itu diulang-ulang bacaannya lebih banyak dari at}-T}iwa>l dan al-Mi’u>n.
  4. Al-Mufas}s}al adalah su>rat pendek. Dikatakan bahwa su>rat-su>rat ini dimulai dari su>rat Qa>f, ada pula yang mengatakan dimulai dari su>rat Hujura>t, juga ada yang mengatakan dimulai dari su>rat yang lain. Su>rat mufas}s}al dibagi menjadi tiga:
  1. Mufas}s}al T}iwa>l, dimulai dari su>rat Qa>f atau Hujura>t sampai dengan ‘Amma atau Buru>j. Mufas}s}al Awsat}, dimulai dari su>rat an-Naba> atau Buru>j sampai dengan D}uh}a> atau Lam Yakun.
  2. Mufas}s}al Qis}ar, dimulai dari D}uh}a> atau Lam Yakun sampai dengan an-Na>s. Dinamakan mufas}s}a>l karena banyaknya fas}l (pemisahan) di antara su>rat-su>rat tersebut dengan basmalah.
Berdasarkan tempat turunnya, su>rat dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu su>rat Makkiyyah dan su>rat Madaniyyah. Kelompok su>rat yang semua atau sebagian besar ayatnya diturunkan di Mekah (sebelum periode hijrah) dinamakan su>rat Makkiyyah dan kelompok su>rat yang semua atau sebagian besar ayatnya diturunkan di Madinah (sesudah hijrah) disebut su>rat Madaniyyah.
Ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah su>rat Makkiyyah dan su>rat Madaniyyah. Salah satu riwayat aransemen kronologis Al-Qur’a>n yang paling berpengaruh adalah yang bersumber dari Ibnu Abbas. Dalam riwayat ini, 85 su>rat Al-Qur’a>n dikategorikan Makkiyyah dan 28 su>rat lain sebagai Madaniyyah. Su>rat pertama tidak terdapat dalam riwayat ini. Dengan sedikit perubahan, riwayat ini kemudian diadopsi para penyunting Al-Qur’a>n edisi standar Mesir dengan menetapkan 86 su>rat Makkiyyah –yakni dengan memasukkan su>rat pertama ke dalamnya– dan sisanya diklasifikasikan sebagai su>rat Madaniyyah.

Pengelompokan ayat berdasarkan su>rat mengandung beberapa hikmah, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memudahkan dan menarik minat orang untuk mempelajari, memahami, dan menghafal Al-Qur’a>n
2.      Untuk menunjukkan bahwa dalam setiap su>rat terdapat satu persoalan pokok yang dibicarakan
3.      Untuk menunjukkan bahwa panjang atau pendek suatu su>rat tidak menjadi ukuran bagi kemukjizatannya
4.      Untuk mendorong pembaca lebih bergairah melanjutkan bacaannya ke su>rat berikutnya
5.      Adanya keyakinan bahwa seorang pembaca Al-Qur’a>n sesudah membaca suatu su>rat telah menyelesaikan suatu kelompok tertentu




[1] Acep hermawan,’Ulumul quran, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya) 91
[2] Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘ulumil Qur’an, (mansyurat al-‘asr al hadis) 1973, 205
[3] Badruddin Abu abdullah az zarkasyi, Al Burhan fi ‘Ulumil Qur’an,Beirut, 1988
[4] Muhammad Abdul Adzim az-zarqoni, manahilul Irfan Fi Ulumil Qur’an,( Beirut: darul Kitab al Arobi) 1995
[5] Acep Hermawan, “ulumul Qur’an, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),91